Ulama Indonesia yang Karyanya Menjadi Rujukan Dunia Islam

Ulama Indonesia yang Karyanya Menjadi Rujukan Dunia Islam

Di tengah gempuran arus informasi global, tak banyak yang menyadari bahwa Indonesia memiliki ulama besar yang menulis kitab-kitab rujukan keislaman yang digunakan dan diajarkan bukan hanya di pesantren Nusantara, tapi juga di Timur Tengah, Afrika, dan wilayah Muslim lainnya. Mereka menulis dalam bahasa Arab fasih, dengan kedalaman ilmu dan keluasan sanad, hingga kitab-kitabnya diakui oleh ulama lintas mazhab dan generasi.

Berikut artikel dari Dewangga Umroh Jogja tentang ulama Indonesia yang karyanya menjadi rujukan ulama dunia:


1. Syekh Nawawi al-Bantani (1813–1897)

Banten – Mekkah – Dunia Islam

Syekh Nawawi dianggap sebagai ulama besar Nusantara paling berpengaruh di dunia Islam klasik. Ia mengajar di Masjidil Haram Mekkah dan menulis lebih dari 100 kitab, mencakup tafsir, fikih, akidah, tasawuf, dan akhlak.

Karya-karyanya:

  • Tafsir Munir – tafsir Al-Qur’an yang ringkas dan populer di dunia pesantren
  • Nihayatuz Zain – kitab fikih Syafi’iyyah yang menjadi pegangan dasar di Asia Tenggara
  • Kasyifatus Saja – syarah dari Safinah an-Najah
  • Mirqat Su’ud at-Tashdiq – syarah kitab tauhid

Pengaruh:

Kitab-kitab Syekh Nawawi dicetak dan diajarkan di:

  • Universitas al-Azhar, Kairo
  • Mekkah dan Madinah
  • Malaysia, Brunei, Thailand Selatan

Ia dijuluki oleh ulama Hijaz sebagai “Sayyid ‘Ulama al-Hijaz” (pemuka ulama Hijaz), dan fatwanya sering dikutip dalam diskusi hukum fikih di Timur Tengah.


2. Syekh Arsyad al-Banjari (1710–1812)

Kalimantan Selatan – Dunia Melayu

Syekh Arsyad adalah penulis Sabilal Muhtadin, sebuah kitab fikih bermazhab Syafi’i yang sangat luas pengaruhnya di dunia Melayu-Islam.

Karya utama:

  • Sabilal Muhtadin – kitab fikih yang menjadi rujukan utama pengadilan agama dan para mufti di Nusantara selama ratusan tahun.
  • Tuhfatur Raghibin – kitab akidah tentang Ahlus Sunnah wal Jama’ah.

Pengaruh:

Kitab ini diajarkan di:

  • Brunei Darussalam (resmi digunakan dalam peradilan Syariah)
  • Patani, Thailand Selatan
  • Riau, Sumatera, dan semenanjung Melayu

3. Syekh Abdus Shamad al-Falimbani (1704–1789)

Palembang – Makkah – Pattani

Syekh Abdus Shamad adalah tokoh tarekat dan tasawuf yang menulis dua karya besar yang dikenal luas di kalangan ulama tarekat Syattariyah dan Naqsyabandiyah.

Karya-karyanya:

  • Hidayatus Salikin – terjemah dan pengembangan dari karya Imam al-Ghazali tentang jalan tasawuf
  • Siyarus Salikin – kitab tasawuf 4 jilid, memadukan teori dan praktik

Pengaruh:

Karya ini masih diajarkan di:

  • Malaysia dan Brunei
  • Aceh dan Sumatera Barat
  • Universitas-universitas Islam tradisional di India dan Pakistan yang mengkaji tarekat

4. Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi (1860–1916)

Minangkabau – Mekkah

Syekh Ahmad Khatib adalah ulama Indonesia pertama yang menjadi Imam dan guru Mazhab Syafi’i di Masjidil Haram. Ia menulis banyak karya dalam berbagai bidang ilmu, termasuk falak, fikih, dan ushul.

Karya-karyanya:

  • Al-Qaul al-Matin – tentang hisab dan ilmu falak
  • Risalah fi al-Masail al-Fiqhiyyah – respons terhadap perdebatan keagamaan
  • Banyak risalah yang ditulis untuk membina santri Nusantara di Mekkah

Pengaruh:

Kitab-kitabnya dibaca oleh:

  • Hasyim Asy’ari (pendiri NU)
  • Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah)
  • Santri-santri Nusantara yang belajar di Mekkah

5. Syekh Mahfudz Termas (1868–1920)

Pacitan – Mekkah

Syekh Mahfudz adalah guru dari para ulama Nusantara yang belajar di Mekkah. Ia ahli dalam ilmu hadits dan sanadnya sampai ke ulama besar seperti Imam Nawawi dan Ibn Hajar.

Karya utama:

  • Manhaj Dzawi an-Nazhar – komentar hadits-hadits musalsal
  • Syarah Alfiyah al-Hadits – tentang ilmu musthalah hadits

Pengaruh:

Ia disebut sebagai “Muhaddits Hijaz”, dan menjadi rujukan utama sanad hadits para ulama Nusantara. Kitabnya menjadi bacaan wajib di banyak pesantren berbasis salaf.


Penutup

Ulama-ulama besar ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan hanya konsumen ilmu Islam dari Timur Tengah, tapi juga produsen ilmu yang ajarannya menyebar hingga Afrika, Asia Selatan, dan dunia Arab. Mereka menulis dengan bahasa Arab akademik, menyusun kitab dengan kedalaman ilmu dan kedewasaan spiritual, dan meninggalkan warisan keilmuan yang masih hidup hingga kini.

Kitab-kitab mereka adalah jejak emas peradaban Islam Nusantara—dan menjadi bukti bahwa Islam Indonesia memiliki tempat terhormat di panggung dunia.

Jangan ragu untuk memilih Dewangga Haji & Umroh sebagai mitra perjalanan ibadah Anda. Dengan pengalaman lebih dari 14 tahun, layanan terbaik, serta izin resmi dari Kementerian Agama, kami siap mendampingi Anda menuju Tanah Suci dengan nyaman dan penuh keberkahan.

Bagikan :
Facebook
WhatsApp
X
Telegram
Threads
Artikel Terbaru