Lempar Jumrah: Tata Cara, Hukum, dan Maknanya Menurut Fiqih Islam
Apakah kamu tahu apa itu lempar jumrah? Kenapa jamaah haji dan umroh harus melakukannya?
Banyak dari kita sering dengar tentang lempar jumrah, tapi belum benar-benar paham maknanya. Lempar jumrah bukan sekadar melempar batu ke tiang, tapi punya makna mendalam dan tata cara yang diatur dalam syariat. Dalam artikel ini, Tim Dewangga Travel Umroh Jogja akan membahas tentang lempar jumrah secara lengkap. Artikel ini cocok buat kamu yang sedang belajar atau mempersiapkan diri untuk ibadah haji atau umroh.
Apa Itu Lempar Jumrah?
Lempar jumrah adalah salah satu rangkaian ibadah haji yang dilakukan di Mina, tepatnya setelah wukuf di Arafah dan mabit di Muzdalifah. Kata “jumrah” secara bahasa berarti kumpulan kecil atau kerikil. Dalam praktiknya, jamaah melempar batu kecil ke tiga tempat yang disebut Jumrah Ula, Jumrah Wustha, dan Jumrah Aqabah.
Lemparan ini dilakukan sebagai simbol perlawanan terhadap setan, karena menurut riwayat, Nabi Ibrahim alaihissalam pernah digoda oleh setan di tiga tempat ini ketika hendak menyembelih putranya, Nabi Ismail. Nabi Ibrahim kemudian melempar batu kepada setan di tiga lokasi itu, dan peristiwa itu dijadikan syariat oleh Nabi Muhammad ﷺ.
Dalil dan Dasar Hukum Lempar Jumrah
Apa dalil yang menjelaskan tentang kewajiban lempar jumrah?
Salah satu hadits yang menjadi dasar adalah:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melempar jumrah dengan tujuh batu kecil, seraya mengucapkan takbir setiap kali melempar.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam fiqih, jumrah termasuk dalam “wajib haji”. Artinya, jika tidak dilakukan maka jamaah wajib membayar dam (denda) berupa menyembelih kambing.
Imam Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ menjelaskan bahwa melempar jumrah termasuk amalan yang tidak boleh ditinggalkan tanpa uzur. Kalau tertinggal, maka harus diganti sesuai ketentuan.
Tata Cara Lempar Jumrah
Bagaimana sih cara lempar jumrah yang benar?
Tata cara melempar jumrah cukup detail, jadi harus dipahami agar ibadah kita sah dan diterima. Berikut urutannya:
Persiapan batu: Batu dikumpulkan saat di Muzdalifah atau Mina. Ukurannya kira-kira sebesar biji kacang. Jumlah batu minimal 49 atau 70 batu tergantung jumlah hari tasyriq.
Waktu pelaksanaan: Lempar Jumrah Aqabah dilakukan pada tanggal 10 Dzulhijjah. Sedangkan lempar Jumrah Ula, Wustha, dan Aqabah dilakukan pada tanggal 11, 12, dan 13 Dzulhijjah.
Urutan melempar: Dimulai dari Jumrah Ula, kemudian Wustha, terakhir Aqabah.
Jumlah lemparan: Setiap jumrah dilempar 7 batu.
Disunnahkan membaca takbir setiap kali melempar: “Allahu Akbar”
Banyak jamaah pemula yang kebingungan soal arah melempar atau posisi berdiri. Maka dari itu penting mengikuti pembimbing atau rombongan agar tidak salah.
Makna Simbolis Lempar Jumrah
Kenapa kita harus melempar batu? Apa maknanya?
Sebagian orang mungkin menganggap ini sekadar ritual, tapi sebenarnya lempar jumrah punya makna spiritual yang dalam. Dalam sejarah, ini adalah simbol penolakan terhadap godaan setan.
Setiap batu yang dilempar adalah simbol dari niat kita menolak bisikan setan. Kita sedang berkata kepada diri sendiri, “Aku ingin menjauhi hawa nafsu, kemarahan, iri hati, dan semua penyakit hati yang membuatku jauh dari Allah.”
Ulama seperti Ibnul Qayyim dan Al-Ghazali menyatakan bahwa lempar jumrah bukan sekadar fisik, tapi juga batin. Kalau hati kita tidak ikut melempar sifat buruk, maka lemparan kita bisa hampa makna.
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan Seputar Lempar Jumrah
Bolehkah orang lain melemparkan jumrah untuk kita? Boleh, jika ada uzur syar’i seperti sakit, usia lanjut, atau kondisi yang tidak memungkinkan. Ini sesuai dengan fatwa para ulama dan praktik Rasulullah ﷺ yang membolehkan wakil.
Bagaimana jika terlewat atau lupa jumlah batu? Harus diulang sampai jumlahnya genap tujuh untuk tiap jumrah. Kalau tidak bisa diulang, maka wajib bayar dam.
Apakah harus mengenai tiang? Tidak harus mengenai tiang persis, cukup masuk ke dalam area jumrah (kolam berbentuk lingkaran di sekitar tiang).
Apa hukum melempar di waktu malam? Diperbolehkan, terutama bagi yang uzur atau kesulitan melempar di siang hari karena padatnya jamaah.
Pendapat Ulama Terkait Lempar Jumrah
Mayoritas ulama dari empat mazhab sepakat bahwa lempar jumrah adalah wajib haji. Di antaranya adalah:
Mazhab Syafi’i: melempar jumrah adalah wajib, bila ditinggalkan wajib dam.
Mazhab Hanafi: sepakat wajib, dan menetapkan waktu-waktu pelaksanaannya.
Mazhab Maliki dan Hambali: menekankan pentingnya mengikuti urutan dan waktu.
Semua ulama sepakat bahwa lempar jumrah tidak boleh ditinggalkan tanpa uzur.
Tips Lempar Jumrah Bagi Jamaah Lansia
Lempar jumrah bisa melelahkan. Apa tipsnya untuk jamaah lansia?
Gunakan kursi roda jika memungkinkan.
Ikuti arahan petugas haji.
Jangan memaksakan diri jika kondisi fisik tidak memungkinkan.
Minta bantuan anak atau pendamping untuk mewakilkan lemparan.
Penutup
Lempar jumrah bukan hanya kewajiban dalam haji, tapi juga simbol dari perjuangan spiritual kita. Kita tidak sedang sekadar melempar batu, tapi sedang melawan bisikan setan yang terus menggoda.
Ketika kamu melempar jumrah, bayangkan kamu sedang membuang sifat buruk dalam dirimu. Itulah makna sejati dari ibadah ini.
Semoga artikel ini membantu kamu memahami pentingnya lempar jumrah. Kalau kamu ingin tanya lebih lanjut, tim Dewangga Umroh Jogja siap bantu. Jangan ragu konsultasi ya. Semoga Allah menerima amal ibadahmu dan menjadikannya haji mabrur. Aamiin.
Jangan ragu untuk memilih Dewangga Haji & Umroh sebagai mitra perjalanan ibadah Anda. Dengan pengalaman lebih dari 14 tahun, layanan terbaik, serta izin resmi dari Kementerian Agama, kami siap mendampingi Anda menuju Tanah Suci dengan nyaman dan penuh keberkahan.