Kenapa Umat Islam Dilarang Menggambar Wajah Nabi Muhammad SAW?

Apakah Anda pernah bertanya-tanya, mengapa dalam sejarah Islam kita tidak pernah melihat gambar wajah Nabi Muhammad SAW? Mengapa banyak umat Islam sangat sensitif ketika ada lukisan atau kartun yang menggambarkan Nabi? Artikel Dewangga Umroh Jogja ini akan menjelaskan alasan di balik larangan tersebut, berdasarkan ajaran Islam, hadis, serta pandangan ulama.

Awal Mula Larangan Gambar dalam Islam

Islam adalah agama yang sangat menjaga kemurnian akidah dan tauhid, yaitu keyakinan bahwa hanya Allah SWT yang berhak disembah. Salah satu bentuk penjagaan tersebut adalah dengan menghindari segala hal yang bisa mengarah kepada penyembahan makhluk, termasuk manusia.

Pada masa Jahiliyah, banyak masyarakat Arab menyembah berhala yang dibuat dari batu, kayu, bahkan patung-patung tokoh yang mereka anggap suci. Ketika Islam datang, Rasulullah SAW diutus untuk menghapuskan praktik syirik (menyekutukan Allah) ini. Karena itulah, Islam sangat tegas terhadap gambar dan patung yang menyerupai makhluk hidup, khususnya manusia.

Larangan Menggambar Makhluk Bernyawa

Nabi Muhammad SAW bersabda dalam banyak hadis tentang larangan menggambar makhluk bernyawa. Salah satu hadis riwayat Bukhari menyebutkan:

“Sesungguhnya orang yang paling keras azabnya di hari kiamat adalah para pembuat gambar.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Para ulama menafsirkan bahwa maksud “gambar” dalam hadis ini adalah gambar atau lukisan makhluk hidup secara detail, apalagi jika niatnya untuk disembah, diagungkan, atau dipajang secara berlebihan.

Mengapa Wajah Nabi Muhammad SAW Tidak Boleh Dilukis?

Larangan menggambar wajah Nabi SAW bukan hanya karena masalah teknis, tetapi berkaitan erat dengan menjaga kehormatan dan kemurnian ajaran Islam. Berikut beberapa alasannya:

1. Menghindari Pengkultusan Berlebihan

Islam melarang mengultuskan seseorang secara berlebihan, bahkan terhadap Nabi sekalipun. Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah, manusia yang paling mulia, namun beliau tetap manusia biasa yang menerima wahyu.

Jika wajah beliau digambar dan kemudian dijadikan simbol, dikhawatirkan umat akan terlalu memuja gambar itu, bahkan bisa sampai pada batas menyekutukan Allah secara tidak sadar.

2. Tidak Ada Gambar Asli Nabi

Dalam sejarah, tidak pernah ada dokumentasi visual asli mengenai wajah Rasulullah SAW. Tidak ada lukisan, patung, atau foto yang bisa dijadikan acuan. Semua deskripsi tentang wajah beliau hanya berasal dari riwayat sahabat, seperti Ali bin Abi Thalib dan Hasan bin Ali. Maka dari itu, segala bentuk gambar wajah Nabi hanyalah rekaan imajinasi, yang tentu bisa menyesatkan.

3. Menjaga Rasa Hormat

Sebagian besar umat Islam menganggap bahwa melukis wajah Nabi adalah bentuk tidak sopan. Bahkan, sekadar menggambarkan sosok beliau dalam film atau kartun pun bisa menimbulkan kegaduhan. Sebab, sosok Nabi terlalu mulia untuk digambarkan dengan cara-cara yang tidak pantas atau sembarangan.

Perbedaan Pandangan Ulama

Meskipun mayoritas ulama melarang menggambar wajah Nabi SAW, ada sebagian kecil yang membolehkan dalam konteks pendidikan atau sejarah, dan itu pun dengan syarat tidak menggambarkan wajah beliau secara detail.

Namun, pendapat yang paling aman dan banyak diikuti oleh umat Islam hingga hari ini adalah tidak menggambarkan wajah Nabi sama sekali, baik dalam lukisan, film, maupun animasi.

Contoh Kasus yang Pernah Terjadi

Beberapa tahun terakhir, dunia sempat dihebohkan oleh kartun Nabi Muhammad SAW yang dimuat di media barat. Banyak umat Islam marah, melakukan aksi protes, bahkan ada yang sampai melakukan kekerasan. Hal ini menunjukkan betapa sensitifnya isu ini di kalangan umat Islam.

Reaksi tersebut bukan karena umat Islam anti kritik, melainkan karena menggambar Nabi dianggap telah melewati batas akhlak dan etika terhadap sosok yang sangat dimuliakan.

Sikap yang Bijak sebagai Umat Muslim

Sebagai umat Islam, kita dianjurkan untuk:

  1. Meneladani akhlak Rasulullah SAW, bukan sekadar bentuk fisiknya.
  2. Menjaga adab dalam menyebut dan membahas Nabi, dengan selalu mengucapkan shalawat setiap kali menyebut nama beliau.
  3. Menghindari ikut menyebarkan gambar-gambar rekaan wajah Nabi, meskipun itu dibuat dengan niat baik.

Menggambarkan Nabi dalam Seni Islam

Seni dalam Islam sangat kaya, meskipun tanpa menggambar wajah manusia. Contohnya adalah kaligrafi Arab, ukiran, dan arsitektur masjid. Banyak seniman Muslim mengekspresikan cinta mereka kepada Nabi melalui lafal Muhammad, atau menuliskan pujian kepada Nabi dalam bentuk kaligrafi, bukan visual wajah.

Kesimpulan

Larangan menggambar wajah Nabi Muhammad SAW bukan tanpa alasan. Ini adalah bentuk penjagaan terhadap kemurnian tauhid, penghormatan terhadap Rasulullah, dan langkah antisipatif agar tidak terjadi penyimpangan dalam akidah. Oleh karena itu, sebagai umat Islam, kita sebaiknya menghindari semua bentuk visualisasi wajah Nabi, dan lebih fokus pada meneladani akhlak, perilaku, serta ajaran-ajarannya.


Jika Anda merasa artikel ini bermanfaat, silakan dibagikan kepada keluarga, teman, atau di grup kajian. Semoga dengan semakin banyak yang memahami, kita bisa menjaga adab dan cinta terhadap Rasulullah SAW dengan cara yang benar.

sumber gambar : https://www.youtube.com/watch?v=77gZF2uNltc&ab_channel=IzzateLTutorial

Jangan ragu untuk memilih Dewangga Haji & Umroh sebagai mitra perjalanan ibadah Anda. Dengan pengalaman lebih dari 14 tahun, layanan terbaik, serta izin resmi dari Kementerian Agama, kami siap mendampingi Anda menuju Tanah Suci dengan nyaman dan penuh keberkahan.

Bagikan :
Facebook
WhatsApp
X
Telegram
Threads
Artikel Terbaru